Pages

Move On

Monday, May 9, 2011

Move On. Dua kata ajaib yang bisa mengubah hidup seseorang—entah ke arah yang baik atau buruk—tetapi tergantung masing-masing individunya.

Siang ini Solo ujan. Selalu begitu selama beberapa hari ini. Tapi saya suka. Lalu saya refleks mengambil hp dan mengetik beberapa kata dan….send. delivered. 1 new messages. This message from………

Ah, hari ini hari Minggu kan ya. Hari bebas. Tapi hati saya ngga bebas. Masih terpenjara di suatu kandang milik seorang yang sekarang tinggal di Bogor. Hah~ saya merasa nasib saya kasihan sekali. Selalu ngga bisa keluar dari kandang itu. Walaupun sebenarnya saya ingin sekali. Berada disebuah kandang satu petak yang kira-kira berukuran 3,5 x 3,5 meter itu membuat otak saya jadi tidak bisa berkembang sebagaimana mestinya. Jadi, saya perlu move on. Sangat perlu. tapi susah, hm dan itulah yang ditanamkan ke dalam diri saya sehingga beneranlah jadi susah. Move on, dari orang yang udah bener-bener nempel di hati kamu, untuk sekian lama, dan berpura-pura mencoba benar-benar sudah ikhlas itu, rasanya munafik sekali. Saya butuh move on. Move untuk—setidaknya—pindah dari tempat sempit itu, dan on untuk sekedar  mengaktifkan gen positif dalam tubuh saya supaya bisa move on. Berlama-lama ditempat orang yang dengan gratisnya kita berikan cinta, tapi dia tidak juga membuka hatinya, itu memuakkan. Disinilah letak kebingungan manusia. Harus jadi orang yang munafik dengan pura-pura bahagia dan tetap mencintai dengan tulus walau yang dicintai tidak membalas bla bla bla atau jadi orang jujur, yang akhirnya harus bangun, dan pergi meninggalkan sebagian impian kita yang pastinya akan patah tertinggal ditempat itu. Mau tidak mau. Jadi orang jujur itu, susah. Pasti akan ada yang dikorbankan. Apa saja. Bukan sekedar perasaan, tapi bisa saja anggota tubuh kita yang mungkin di korbankan, demi orang tercinta itu.

Lalu, orang yang tercinta itu, akan melakukan apa? Jawabannya, ada yang tau diri, dan ada yang tidak tau diri. Contoh yang tau diri adalah ikut menjauh supaya kita tidak sakit dan membiarkan kita memulai cerita baru. Yang tidak tau diri itu, yang masih tetap berada di hidupnya, pura-pura tidak tega meninggalkan, dengan alasan kasihan, bla bla bla. Ya, kalau dengan alasan kasihan, anggap saja saya atau kita adalah penyandang tuna netra, aksara, wisma, dan lainnya supaya kamu—kalian—bisa total mengasihani. Kita itu mencintai bukan untuk dikasihani, tapi untuk dibalas. Cobalah kadang-kadang kalian orang tercinta kategori tidak tau diri berpikir sedikit. Bayangkan ketika kamu—kalian—ada di posisi kita. Sakit toh? Nah…itu. Jadi, ngga perlu sok pura-pura engga tau atau ngga ngerti. Kamu bukan anak umur 5 tahun lagi yang masih bertanya akan pakai seragam apa ketika hari kamis? Batik atau baju Polisi? Bukan. Kamu—kalian, bukan seperti itu. Kalian sudah berumur diatas 10 tahun, sudah baligh, dan sudah bisa menggunakan fungsi otaknya dengan baik karena kalian sudah dibekali cukup lemak sedari bayi ataupun balita. Jadi, ngga usah banyak alasan untuk bohong kalo kamu ngga bisa mikir lebih berat. Karena kamu—kalian, sudah ditakdirkan untuk bisa memikir lebih berat lagi.

Move on itu tergantung orang masing-masing. Saya merasa perlu berkata keren buat salah satu teman saya, yang walaupun dia sudah disakiti dengan orang yang dia cintai, dia berhasil move on, walau dia tau dihati dia tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi orang yang dia cinta, tapi dia—mau—move on.

Saya lalu berpikir. Saya sendiri, kapan akan move on? Seminggu lagi? Sebulan lagi? Setahun lagi? Sepuluh tahun lagi? Atau….tidak akan bisa move on sama sekali? Ah, saya ini dulunya penganut teori penantian akan berujung kebahagiaan. Jadi, saya setengah-setengah untuk maju menjadi anggota teori move on. Karena saya ini suka menanti. Menunggu. Asal jangan lama-lama. Karena hati saya juga bisa capek. Dia akan lapar atau haus karena saking lamanya menunggu, dan.. hati saya akan ngambek. Kalo sudah ngambek, boro-boro bisa move on. Dia akan mogok tidur, mogok makan, dan gawatnya adalah mogok kuliah.

Hm kalau begitu doakan saja semoga saya bisa—sedikit—move on. Amien.

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS