Tuhan..
Semuanya terpaksa. Karena emosi itu. Dia datang,Tuhan. Padahal aku sudah menggembok semua pintu yang ada. Tapi dia bisa,masuk.
Bagaimana Tuhan?
Aku jadi percaya pada dia.
Maaf...
Aku seperti terhipnotis,terbawa alur yg merasuk,khilaf.
Tuhan..
Kalau aku burung,aku bisa mangkir dari kejaran itu,dan terbang sejauhnya.
Tapi kenyataannya aku makhlukMu,Tuhan.
Yg bernama manusia
Yg punya akal pikiran
Juga nafsu
Baik maupun buruk
Tuhan,maukah Kau percaya bahwa aku selalu tergesa seperti ini?
Seakan kepercayaanku tentang waktu itu sangat sempit
Tidak ada hari esok untukku,sepertinya
Bagaimana ini Tuhan?
Aku lemah
Selalu begitu
Terutama dengan perang perasaan
Selalu saja perisaiku pecah,Tuhan
Sepertinya bahan dasarnya dari pasir hingga bertebaran ketika angin mencoleknya
Apa perlu aku menunjukkan darahku untuk pertahanan?
Tuhan..
Sepertinya dia tidak salah
Dia,makhlukMu yg lain
Akulah yg terlalu beremosi
Tidak berpikir panjang-luas
Seperti otakku ada di dalam ruang kubus ukuran 4x6 yg ternyata otakku berukuran 10x15
Malam ini perdebatan panjang benar benar aku lakukan,Tuhan
Aku salah
Salah besar sebesar besarnya
Aku memuntahkan dengan cepatnya segala isi ulu hati yang seperti racun empedu yg menjalar tanpa arus yg benar
Dan dia yang aku muntahi berhasil menyedot dan menghentikan racun itu dengan pelannya dan baiknya
Bagaimana aku tidak malu,Tuhan?
Aku ini benar benar manusia biasa,seorang wanita pula
Yg terlahir dari rusuk seorang laki laki mulia pilihanMu
Aku memang urutan kesekian,tapi aku merasakan kelahiran itu
Tuhan..
Kalau malam ini emosi berhasil membunuh semua urat syarafku,aku ingin dijemput saja oleh malaikat
Toh dia menganggur kan,Tuhan?
Aku malu,Tuhan
Tidak mampu menelusuri tiap detil wajahnya
Bisa bisa kata kata persiapan itu muntah dengan tidak teratur karena huruf vokalnya bersembunyi mogok demo bernari
Tuhan,daun bisa bergoyang
Tapi lidahku tidak
Sepertinya akan kelu beku nantinya
Baiklah,Tuhan
Aku mengeti
Diam lebih terpuji kan,Tuhan?
Kalau begitu aku akan meminta permohonan dari manusia itu
Terima kasih
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment